Persentase pengguna internet di Indonesia sangat tinggi, yakni sebanyak 191,4 juta jiwa, dan media yang paling banyak digunakan adalah WhatsApp.
“Orang Indonesia termasuk sembilan besar dunia yang paling sering menggunakan internet, walaupun pendapatan mereka rendah, namun tingginya tingkat penggunaan internet oleh masyarakat itu tidak sebanding dengan kepedulian kita pada misinformasi,” ungkap Redaktur Pelaksana Kompas Adi Prinantyo saat talk show Literasi Digital, Rabu (09/02/2023) di Aula Convention Hall Prof. Dr. H. A. Ya’kub Matondang, M.A, Gedung Biro Rektor Lantai 3, Kampus 1 UMA, Jalan Kolam No. 1 Medan Estate.
Kegiatan bertema “Hati-Hati Tersesat di Labirin Informasi” di buka Rektor UMA Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc itu, merupakan hasil kerja sama FISIP Universitas Medan Area (UMA) dengan Harian Kompas dan Kompas.id dalam rangka memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 yang dipusatkan di Kota Medan.
Lebih lanjut Adi mengungkapkan, alih-alih melesat karena perkembangan teknologi, ketidakpedulian kita pada misinformasi malah menyebatkan kita tersesat dalam berita hoaks atau fake news.
Seharusnya menurut wartawan yang sudah berkiprah selama 22 tahun ini, tingkat literasi masyarakat Indonesia juga harus berkembang, sebagaimana e-commerce yang terus berkembang.
“Perkembangan e-commerce terus berkembang. Terlebih di tengah pandemic kala itu, kita dipaksa berkembang. Uang elektronik dari tahun ke tahun juga terus meningkat,” paparnya.
Berdasarkan Hasil Survei Litbang Kompas April 2021, Mantan Wartawan Suara Merdeka di Semarang ini juga memerinci dampak yang misinformasi timbulkan, seperti, 1) mengganggu relasi keluarga dan orang lain, 2) membuat kebingungan dan ketidakpastian; dan 3) membuat perpecahan di masyarakat, baik itu akibat pemberitaan yang menyangkut ujaran kebencian bernada SARA dan perbedaan pilihan politik.
“Kompas pernah memuat investigasi ini, tentang orang yang mengeruk keuntungan dan mayoritas korbannya perempuan, dan sampai sekarang belum tersentuh hukum. Itu salah satu fakta komunikasi menjadi semu. Disinfodemi Covid-19; menolak vaksin karena percaya hoaks, karena keterbelahan politik, demokrasi terancam,” ungkapnya.
Adi merujuk pada data Kominfo terkait Penanganan Sebaran Isu Hoaks Covid-19 (Periode 23 Januari 2020 hingga 22 Juni 2021) memaparkan, sebanyak 3.259 temuan isu hoaks Covid-19 yang telah di-take down, baru 113 yang mendapatkan sanksi penegakan hukum. Sebaran hoaks tersebut terdapat di media sosial facebook, Instagram, Twitter, maupun YouTube. Artinya, misinformasi akan terus berlanjut di media sosial, dan harus segera ditindaklanjuti.
Untuk itu Adi mengatakan pemerintah, awak media dan masyarakat bertanggung jawab penuh terhadap pengendalian banjir informasi ini. Terlebih mahasiswa sebagai agent of change yang sepatutnya lebih melek digital, karena menurutnya, kelompok usia di bawah 40 tahun merupakan digital natives, bukan digital immigrant seperti kelompok usia di atas 40 tahun yang tidak akan terpengaruh dengan berita hoaks di media internet.
“Yakin ingin menghapus atau tidak, atau mengirim kepada temen. Berjasa membagikan informasi, tapi tunggu dulu itu benar atau tidak? Harus ada usaha untuk mencari kebenaran informasi. Orang sekarang malah dibanjiri informasi, oleh karena itu kita harus lebih terliterasi dan kritis,” tegasnya.
Sebelumnya Rektor UMA Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc dalam sambutannya mengatakan, masyarakat harus pandai memilah dan memilih informasi, terlebih pada era media partisan seperti sekarang ini.
Untuk itu, Rektor UMA berterima kasih kepada Kompas sebagai media tertua dan terbesar di Indonesia, mau membagikan tips dan trik agar tidak terjebak dalam labirin informasi yang berkelok-kelok ini.
“Kegiatan ini menarik untuk diikuti tidak hanya oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi, tapi juga seluruh mahasiswa, karena kita tidak akan terhindar dari yang namanya informasi. Oleh karena itu, kita harus hati-hati terjerat UU ITE, karena hoaks sekarang,” ucap Prof Dadan.
Turut hadir, Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi Dr. H. Ihsan Effendi, SE., M.Si; Marcomm & Community Manager Tarrence K. Palar; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr. Effiati Juliana Hasibuan, M.Si; dan Wakil Dekan III Bidang Inovasi, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Dedi Sahputra, M.A; serta Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Agnita Yolanda, B.Comm, M.Sc, CPSP